Kamis, 27 November 2008

Kambuno Island

Pukul 8.15 waktu kab. Sinjai. Sepertinya cuaca bersahabat hari ini. Mendung yang bergelanyut semalaman di langit kota seakan tak berbekas. Yang tampak hanyalah hamparan air biru sejauh mata memandang. Batas fatamorgana nampak menyatu dengan gugusan beberapa pulau di kawasan pulau sembilan yang nampak dari garis pantai

Ditemani seorang rekan dari Dinas Kelautan dan Perikanan setempat, berangkatlah kami bertiga ke dermaga Pantai. Pulau Kambuno adalah tujuan kami pagi ini. Sebagai salah satu gugusan pulau diantara sembilan pulau yang termasuk dalam wilayah kecamatan pulau Sembilan, pulau ini juga merupakan pulau dengan tingkat penduduk yang terpadat diantara kumpulan pulau Sembilan lainnya.

Arah Pulau

buih ombak memecah laut

Untuk sementara perjalanan ke pulau Kambuno hanya bisa ditempuh lewat jalur transportasi air dengan menggunakan perahu biasa atau perahu boat. Jaraknya sekitar 3 mil dari lepas pantai. Maka dari itu untuk lebih memaksimalkan waktu, akhirnya kami sepakat untuk memilih perahu boat dengan kapasitas 4-5 penumpang termasuk nahkoda boat. Menurut hemat kami, paling cuma butuh waktu sekitar 25 menit untuk sampai ke tujuan dibandingkan dengan harus terombang ambing di lautan selama 1.5 jam an jika menggunakan perahu biasa.

Sepanjang perjalanan, sesekali mata saya kerap berkeliling memandangi langit biru. Rupanya saya belum beruntung. Tidak nampak seekor pun camar laut yang terbang melintasi kami dengan membawa ikan tangkapan di paruhnya.

Melintasi Pulau Burung-Lohe

Dermaga Pulau

Pasir Putih Di Kambuno

Dari beberapa penduduk Kambuno ada juga yang berasal dari pulau Jawa. Salah satunya adalah pak Sumono. Beliau mengaku sudah berdomisili di pulau ini sekitar 22 tahun. Di karenakan tuntutan tugas dan tidak adanya mutasi dan promosi kantor membuat pak Sumono akhirnya memilih untuk menetap dan berkeluarga di pulau Kambuno

Rumput laut yang dikeringkan

Makan siang istimewa - the truly seafood

Narsis di depan kantor desa

Untuk menunjang kehidupan sehari-hari, mayoritas Penduduk Kambuno menggantungkan hidup mereka dari hasil laut. Selebihnya lagi menjadi pegawai negeri dengan mengajar di beberapa sekolah di pulau kambuno. Usaha Rumput laut dan teripang menjadi primadona bagi penduduk setempat. Hal inilah yang membuat kami seakan tak mau beranjak kembali sewaktu fajar sudah mulai tenggelam di ufuk barat

4 komentar:

Anonim mengatakan...

keren sepertinya.

kapan ini saya diajak kesana?

Anonim mengatakan...

iya, saya juga pgn naik boat ksana...

jejak hidup mengatakan...

Weits...tambah kangen dengan sul-sel. Sinjai satunya2 kab disul-sel yang berlum sempat sy singgahi. Lam kenal juga... :)

Anonim mengatakan...

jadi, saya diajak kan?