Selasa, 25 Juni 2019

BULAN JUNI DAN TEORI COCOKLOGI-NYA


HUJAN BULAN JUNI


(Foto: Koleksi Pribadi)

Puisi dalam buku 'Hujan bulan Juni' milik Penyair Sapardi Djoko Damono (1940) ini kembali ramai berseliweran, melintas di beberapa lini masa medsos, sesaat sebelum masuk ke penanggalan bulan Juni.

-June, they are in Love-. Barisan bait yg di sadur dari beberapa penggalan puisi karya beliau seperti 'Aku ingin, Hujan Bulan Juni, pada suatu hari nanti, berjalan ke barat di waktu pagi hari' serta beberapa puisi lainnya ini kerap dijadikan sebagai puisi ritual tahunan bagi para 'pujangga dadakan' sebagai bentuk ungkapan penggambaran suasana hati mereka. Sudah jadi tradisi pula hampir  di setiap tahunnya, puisi pakde Sapardi ini di pinjam sebagai puisi pemanis untuk di jadi bagiankan dari text undangan pernikahan.

Bagi masyarakat umum, beberapa pujangga kelas medsos, kepada yang sedang jatuh hati namun tak pandai merangkai kata, bait puisi pakde SDD ini bisalah menjadi penolong, semacam penyelamat, sekedar untuk mewakilkan suasana hati, menumpahkan sentimental dalam menyambut datangnya bulan Suci eh Juni.

Belum diketahui, mengapa Sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono (SDD)  tak menyematkan bulan kelahirannya sendiri pada sampul buku puisi Hujan bulan Juni-nya. Saya menduga, selain beliau mungkin mempunyai kenangan di bulan Juni, bisa jadi beliau juga justru tak ingin terjebak dalam kenarsisan karya, menyelipkan bulan kelahirannya sendiri, untuk ia abadikan dalam judul buku yang ternyata dikemudian hari, ternyata kumpulan buku puisinya ini  menjadi salah satu buku yang wajib dimiliki oleh para pecinta sastra Indonesia sepanjang masa. Kumpulan 102 puisi yang sudah ditulisnya sejak dibangku SMA di tahun 1964 hingga tahun 1994 dan kini telah pula diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris Jepang, Arab dan Mandarin.

Tapi rupanya, setelah membaca beberapa referensi, bulan Juni ini rupanya diambil berdasar pengalaman SDD itu sendiri saat libur kuliah dimana waktu itu udara kemarau di kota Jogja dan Solo terasa lebih dingin, kering dan menusuk tulang. Saat pindah ke Jakarta, udara malah sejuk karena hujan masih turun di bulan Juni.

Profesor SDD adalah seorang Pujangga. Puisinya sarat dengan kesederhanaan namun penuh dengan makna kehidupan. Karyanya populer tak hanya di kalangan sastrawan tapi juga masyarakat umum. Lahir dan besar di Surakarta, alumnus Sastra Inggris di Universitas Gajah Mada ini kemudian menjadi dosen Fakultas ilmu Sastra (Budaya) Universitas Indonesia) setelah sebelumnya secara aktif  intens menulis dan bergelut di dunia jurnalistik majalah sastra Horison.

Dengan minat besar dan pengalaman hidupnya tersebut, keilmuan beliau sudah sangatlah terasah.  Meminjam istilah sekarang, beliau piawai dalam mengolah susunan kata dalam puisi yang indah secara terstruktur, massif dan sistematis. Tapi meskipun namanya sudah termasyhur di jagad kesasteraan Indonesia, terkadang, masih ada juga satu dua yang menganggap puisi Hujan Bulan Juni ini adalah karya dari Kahlil Gibran, seorang penyair termasyur asal Lebanon yang memilih besar dan dimakamkan di New York.

Secara cocoklogi, kita bisa saja berasumsi, alasan pakde SDD tidak memilih nama bulan January hingga Maret sudah tepat. Alasannya adalah pada bulan tersebut, curah hujan sangatlah tinggi. Penggambaran hujan pada saat itu hanyalah lebih ke pembentukan opini dan mengingatkan kenangan orang orang yang pernah mengalami musibah banjir. Ini tentu bukanlah suasana romantisme hujan yang ingin dipindahkan kedalam puisi seperti yang pakde SDD harapkan.

Setelah juni itu sudah masuk musim kemarau. Tak ada lagi hujan di sepanjang musim kemarau. Yang ada hanyalah, di Bulan September – Desember. Akhiran nama itu juga ada celah tuk melahirkan meme. Meme adalah anekdot dalam tulisan ataupun gambar yang sifatnya lebih ke nyinyir atau menyindir. Pak SDD tau, di jaman mendatang, trend ilmu cocoklogi akan menimbulkan meme yang tak bertanggung jawab. Jika puisi memakai nama bulan berakhiran -Ber- pada empat bulan terakhir (September-Desember) tersebut, bagi sebahagian netizen tentu akan kembali mengaitkannya dengan romantisme; jika hujan, jangan lupa siapkan Ember :)

ASTROLOGI JUNI


Konon, Juni berasal dari kata Junius, kata yang disadur dari bahasa Latin. juga Referensi lain juga menyebut bahwa kata Juni itu berasal dari nama Juno dalam mitologi Roma yang merupakan nama istri dari Dewa Jupiter. Dewa Jupiter sendiri merupakan Dewa langit bersenjatakan petir yang sering dikaitkan dengan awan, hujan dan badai. Dengan kata lain, Juno dapat disebut juga sebagai Dewi tertinggi atau kepala para Dewi. Pada masa penanggalan Kalender Gregorius atau sistem kalender yang banyak dipakai orang di dunia barat saat itu, Bulan Juni tercantum dalam posisi urutan ke enam dari keseluruhan bulan dalam setahun dengan memiliki 30 hari penanggalan.

Dari sisi Astrologi dunia barat sendiri, Bulan Juni di naungi oleh dua zodiak yaitu bintang Gemini dengan berlambang logo Anak kembar (lahir di tanggal 1-20 Juni) dan bintang Cancer dengan lambang Kepiting (lahir di antara tanggal 21-30 Juni). Menurut kepercayaan Astrologi, dengan melihat tanggal dan bulan kelahiran maka, sifat dan karakter unik bawaan orang yang kebetulan lahir pada zodiak bulan itu dapat diketahui berdasarkan ilmu Horoskop.

Ngomong ngomong, apa sieh Horoskop itu? Horoskop adalah sebuah bagan atau diagram yang menggambarkan posisi bulan, planet dan kelahiran, karakter seseorang dipengaruhi oleh posisi benda langit saat ia lahir, dari sudut pandang ilmu Astrologi. Sebagai contoh, berdasarkan peruntungan jodoh dari sisi astrologi, sebaiknya mereka yang lahir dibulan Juni mencari jodoh pasangan yang lahir atau memiliki zodiak Aries, Taurus dan Virgo. Jodoh terbaik juni katanya sieh  yang lahir di antara bulan Maret April (Aries) – April Mei (Taurus)- dan Agustus September (Virgo).

Ramalan jodoh dan percintaan berdasar teori Astrologi ini di era tahun 90 an sangatlah marak. Ilmu Astrologi mempunyai rubrik tersendiri, mejeng terpampang di majalah bulanan remaja (Aneka Yess) saat itu. Jika edisi majalah bulanan telah tiba, beberapa teman sekolah yang berlangganan majalah itu demikian semangat tuk mengetahui nasib peruntungan asmaranya minggu depan. Saya sendiri ikutan nimbrung dan lebih tertarik untuk mengetahui nasib peruntungan keuangan daripada asmara minggu ini. :)

Sekali lagi, teori cocoklogi hanyalah fenomena dimana orang sering mencocok cocokkan sesuatu dan menarik kesimpulan dari kecocokan. Tujuannya untuk mencari pembenaran berdasar pemikiran sendiri, kadang juga dijadikan lelucon yang mengundang tawa.

Teori ini kembali mencuat ke permukaan kembali setelah beberapa waktu lalu di pemberitaan ramai tentang perdebatan polemik atas tuduhan simbol Illuminati dan dajjal yang di kaitkan kedalam rancang bangun sebuah Mesjid di Jawa Barat sehingga menimbulkan kontroversi dan perhatian banyak orang tuk ikut menanggapi.

Seiring waktu, Ilmu Astrologi dan teori cocoklogi lainnya, masih saja mengambil peran dalam kehidupan. Semakin kesini, masyarakat sudah semakin cerdas dalam memainkan teori cocoklogi serta tabayyun dalam menshare sebuah hoax.  Di sisi lain, beberapa masyarakat malah menjadikannya sebagai bahan Astrologi lucu lucuan saja. Batasan Astrologi adalah, posisi nya menjadi lemah saat sudah dibenturkan dalam ajaran Agama. Ilmu Astrologi  atau istilahnya nujum dan ramalan bintang sendiri menjadi hal yang terlarang karena dikategorikan kedalam bentuk kesyirikan.

KEUTAMAAN BULAN JUNI

Jika teori Horoskop lebih ke persoalan sifat dan peruntungan, berikut beberapa teori kecocokan yang coba saya rangkum berdasar pengalaman, mungkin cocok bagi saya, tapi bisa jadi tak sesuai dengan kecocoklogian anda:

1. Bulan Juni adalah Bulan Intropeksi 

Di karenakan posisi nya yang netral, berada di pertengahan tahun, bulan Juni dapatlah dijadikan sebagai bulan momentum untuk berintropeksi diri menelaah hasil target yag telah di capai selama enam bulan terakhir, sudah sejauh mana resolusi tahun ini terealisasi. Di beberapa perusahaan, khususnya yang bergerak di jasa keuangan, pertengahan tahun biasanya sedikit disibukkan dengan banyaknya penyajian laporan keuangan yang harus di buat, untuk menjadi bagian dari elemen dalam menyusun annual report diakhir tahun. Terkadang mereka harus lembur saban hari untuk mengejar deadline batas pelaporan yang satu dua diantaranya berpotensi denda.

2. Bulan Juni adalah bulan liburan anak sekolah

Masa liburan adalah masa yang paling dinanti khususnya bagi anak sekolah. Setelah ujian akhir, liburan panjang anak sekolah biasanya dimanfaatkan untuk pelesiran atau melakukan hal hal yang disenangi sebelum masuk ke tahun ajaran baru berikutnya. Terkadang musim liburan ini sedikit merepotkan juga bagi sebahagian orang tua yang masih bekerja mengingat mereka juga harus jauh jauh hari sebelumnya menyesuaikan jadual kerja agar dapat liburan bersama dengan anaknya.

3. Bulan Juni adalah Bulan Amalan

Jika Bulan Suci Ramadan merupakan keutamaan untuk mengejar bekal di akhirat, maka bulan Juni adalah bulan yang ikut menjadi bahagian untuk mengejar bekal di akhirat itu, Secara kebetulan selama lima tahun terakhir ini yaitu tahun 2014 - 2019 (sekarang), bulan Suci Ramadhan dan Ied itu jatuhnya di bulan Juni.

4. Bulan Juni - Bulan peralihan musim.

Di negara beriklim tropis khususnya Indonesia, Bulan Juni sering dijadikan penanda sebagai berakhirnya musim hujan. Curah Hujan semakin rendah dan akhirnya berganti kemarau. Sebaliknya di belahan bumi barat, Masuknya bulan Juni merupakan awal dari musim dingin yang berlangsung hingga Bulan Agustus. Di penanggalan Islam Hijriyah sendiri, bulan ke Enam yang di sebut sebagai Bulan Jumadil Akhir di artikan sebagai bulan akhir kekeringan.

5. Bulan lahirnya Pancasila dan beberapa Tokoh Besar Indonesia.

Bulan Juni adalah bulan Heroik. Bulan dimana 4 dari 7 Presiden RI (Soekarno, Soeharto, Habibie dan Jokowi), semuanya lahir di bulan Juni. Beberapa tokoh bangsa lainnya, diantaranya Jenderal Ahmad Yani, DI Pandjaitan, dan Letjen Soeprapto juga adalah 3 dari 7 Pahlawan Revolusi yang kebetulan lahir di Bulan Juni.

Nasionalisme bulan Juni semakin lengkap dengan resminya tanggal 1 Juni dijadikan sebagai Hari Lahir Pancasila. Salah satu alasannya dikarenakan, selain judul pidato yang di sampaikan Presiden RI Pertama Soekarno itu tepat pada tanggal 1 Juni 1945, isi pidatonya itulah yg kemudian menjadi rumusan dan dokumen untuk kemudian menjadi teks saat memproklamasikan hari kemerdekaan Indonesia Tanggal 17 Agustus 1945.

Beberapa hari kedepan, bulan Juni 2019 kembali menjadi saksi, terpilihnya (kembali) Presiden RI untuk masa kerja hingga 2024.

6. Juni, sering di jadikan quote di baju kaos
Hal ter-absurd dalam ilmu cocoklogi tentang Juni adalah jika lini masa medsosmu mulai di selipi iklan jualan baju "Lelaki terbaik lahir dibulan Juni, semua lelaki di ciptakan setara tetapi yang terbaik lahir di bulan Juni, Legend are born in June", dan quote narsis sejenis lainnya, maka itu berarti penanda, tak lama lagi kita akan merayakan bulan Juni.

3 komentar:

Mugniar mengatakan...

Tapi musim sekarang ndak jelas mi Daeng. Banyak mi tempat yang mendapatkan hujan di bulan Juni. Bagemana mi? :)

Daeng Ipul mengatakan...

Dari dulu saya bertanya-tanya, kenapa ya banyak tokoh bangsa kita yang lahir di bulan Juni?
Bahkan 4 presiden pertama lahir di bulan Juni.

Untung, 3 sisanya nda lahir di bulan Juni juga hahaha

Siska Dwyta mengatakan...

Beruntunglah saya yang lahir di Bulan Juni, karena ternyata banyak juga keutamaan yang berkaitan dengan Bulan Juni, sampai-sampai Daeng Syamsoe semangat membahasanya dan mengaitkan dengan teori cocoklogi, hehe.