Sepertinya tak cuma Seorang habibie, siapapun ia sangat manusiawi jika ia bersedih karena ditinggal oleh orang yg sangat dikasihi.
Saya tak berbicara banyak tentang siapa HABIBIE. Seorang cendekiawan, tokoh intelektual, dan bapak teknologi Indonesia yang kini lebih banyak menghabiskan waktunya di jerman serta aktif dalam berbagai kegiatan amal social. begitu yakinnya saya pada ketenaran beliau apalagi bagi Masyarakat Indonesia bahkan 'mungkin' dunia membuat saya tak perlu mengulas terlalu banyak tentang apa dan siapa beliau. Literatur dan history beliau bisa dengan mudah ditemukan di mesin pencari internet.
RESENSI BUKU
Postingan yang ‘semoga’ belum terlambat. Sebenarnya waktu itu saya belum bisa memastikan tuk bisa hadir pada acara itu. Karena beberapa kesibukan akhirnya saya lupa tuk mendaftarkan diri pada panitia sampai pada hari minus tiga dialog talk show. Talkshow bedah buku pak habibie di adakan oleh harian FAJAR Mks Pada hari Sabtu, Tgl 12 Januari 2011 bertempat di Studio Fajar TV, Lantai dua Gedung Graha Pena Mks dan kemudian setelahnya itu lalu dilanjutkan dengan peluncuran buku HABIBIE & AINUN yang digelar di Gramedia Mall Panakkukang Mks pada hari yang sama.
Garis besar bukunya banyak menceritakan tentang perjalanan manis kisah hidupnya bersama ibu Ainun, bersama menjalani hidup dalam suka dan duka hingga kenangan dalam mendampingi beliau saat di rumah sakit hingga maut menjemput. Kerinduan dan semua kenangan itu akhirnya di curahkan dalam beberapa goresan yang menjadikan buku ini layak tuk di jadikan referensi .
BERTEMU HABIBIE
Saya nyaris putus asa karena kelupaan tuk melakukan registrasi ulang tiga hari menjelang hari H sebagai peserta talkshow pada Panitia. Akhirnya pada sabtu pagi, saya iseng tuk datang lebih awal di lokasi acara sambil celingak celinguk mencari informasi serta cari tau. Itung itung berharap siapa tau ada kenalan atau informasi terkini yang dapat menolong saya tuk sekedar mendapatkan id card sebagai bukti peserta.
Jam delapan pagi waktu studio suasana masih sepi. Karena belum adanya penjagaan dari panitia akhirnya saya pun nekat nyelonong masuk ke studio yang waktu itu masih kosong melompong tuk sekedar meliat liat suasana. Hanya tampak beberapa kru yg sibuk mempersiapkan tata panggung serta beberapa penonton yang sepertinya sudah datang lebih awal.
Meskipun sudah merasa aman karena telah mendapatkan tempat duduk, tetapi rasa was was itu masih ada takut ada sidak mendadak dari panitia. Sambil menggeserkan diri, mencari tempat duduk saya coba membaurkan diri dengan
beberapa mahasiswi tampak duduk bergerombol di kursi bagian depan. Salah satu dari mereka menjawab bahwa tuk menjadi peserta memang harus mempunyai id card. Saya yang kelimpungan karena sebentar lagi ruangan akan disterilkan menjadi gelagapan dan akhirnya ‘sedikit nekat’ mencoba menanyakan siapa tau ada tempat pendaftaran lain tuk mendapatkan id card,
Pucuk dicinta ulam tiba. Seorang dari mereka menawarkan diri tuk memberikan id card Karena seorang temannya yang lain berhalangan tuk hadir. Tambahnya lagi, katanya yang menjadi MC sebentar itu adalah ayahnya. Weikz, Orang yang tepat nieh.. gadis yang cantik dan baik hati kesempatan itu saya sambar dengan suka cita. Saat ruangan sudah benar benar harus dikosongkan, Akhirnya kami beriringan keluar tuk ikut antre di panitia tuk mengambil id card.
Sampai pada akhir acara talkshow, kami pun berpisah, saya belum sempat menanyakan nama dari mahasiswi tersebut. Bidadari kecil itu tampak duduk di kursi sisi sebelah kanan panggung berbaur dengan teman temannya sedangkan saya lebih memilih melantai bersama beberapa wartawan media tuk sekedar mengambil beberapa gambar.
Setiap orang mempunyai cara, media dan ruang masing masing tuk menumpahkan ekspresi. Rupanya teknokrat ini memilih media buku sebagai tempat tuk mencurahkan isi hati. Alhamdulillah, saya bias berkesempatan tuk bertatap muka dengan beliau
Nah dalam kesempatan itu, Putra Pare-pare ini mencoba bersinergi, dengan gaya yg khas laiknya kuliah umum, beliau berkisah di hadapan ratusan peserta yang juga tampak dihadiri oleh berbagai kalangan mulai dari gubernur, pejabat teras hingga ikatan wanita pengusaha Indonesia. Sebenarnya dalam kesempatan itu, ingin pula saya rasanya tuk sekedar bertanya: ' kenapa tidak di bekali dengan beberapa gambar sebagai penguat cerita di setiap bab? kesedihan verbal yang menawarkan romantisme tempo dulu ala habibie apakah bisa diterima oleh generasi muda sekarang?... dan beberapa pertanyaan yg terpaksa harus disimpan dalam hati karena kalah bersaing dengan ratusan peserta lain yang ikut tunjuk tangan ke atas.. *panitia nd pilihki bela hikzz.
PELUNCURAN BUKU
Usai acara dialog talkshow buku Habibie & Ainun, rombongan di bawa ke Lantai Empat Graha Pena tuk bersantap siang. Ratusan peserta tampak masih penasaran tuk sekedar mendekat, berjabat tangan dan berfoto dengan beliau tapi penjagaan sudah lebih cepat membentuk barikade tak memberi ruang gerak bagi mereka.
Lagi lagi kali ini saya merasa cukup beruntung bisa ikut naik bergabung di Lantai 4. Pak habibie berserta rombongan ditemani oleh direktur media Fajar di bawa tuk menikmati suguhan makan siang yang telah disediakan. Tampak juga Adrie Subono, promotor musik terkenal yg merupakan ponakan dari beliau serta Ilham habibie, putra pertama beliau yang mendampingi menikmati suguhan makan siang. Seraya bersantapm Akhirnya kesempatan ini kami termasuk saya digunakan dengan sebaik baiknya. Puas rasanya melihat beliau lebih dekat, ngobrol bahkan sempat makan bersama meskipun mejanya berlainan qkkkk.
penyesalan tiba karena disaat santai ini dimana suasana berlangsung lebih dekat dan akrab, tak ada penjagaan yang ketat, saya lupa membawa buku tuk sekedar di bubuhi tanda tangan #tepok jidat
PELUNCURAN BUKU DI GRAMEDIA
Pukul dua siang saya telah berada di gramedia bersama rombongan beliau. Secepat mungkin saya mencari susunan rak tuk membeli buku beliau. Rupanya jejeran antrian sudah sangat panjang. Tak hanya oleh bapak dan ibu, ratusan pengunjung dari berbagai kalangan terlihat sudah membentuk antrean sambil menenteng buku. Saya sempat menanyakan seorang diantaranya. Rupanya banyak diantara mereka yg sudah menunggu sejak jam 10 pagi. Melihat antrean semakin meluber, saya pun ikut berdiri di tengah antrean.
Alhamdulillah, akhirnya saya bisa mendapatkan foto dan tanda tangan beliau. diantara beberapa foto yg saya dapatkan digraha pena tadi, saya lebih puas karena bisa mendapatkan moment bersama beliau saat melihat buku akhrinya telah dibubuhi tanda tangan beliau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar