Selasa, 16 Juli 2013

Ketika Pena Mengalahkan Peluru

MALALA YOUSAFZAI. Apa anda mengenalnya? 


Jika belum, berarti anda bisa jadi dibilang kurang baca berita. Tapi, baiklah, sebut saja saya sedang ingin berbaik hati hari ini. Saya akan sedikit bercerita tentangnya. Dia sekarang jauh lebih populer dari SBY yang mendapat penghargaan tokoh yang katanya mampu menciptakan kehidupan yang aman dan toleran di negaranya. Bukan hanya tokoh politik dunia yang mengenalnya, namun juga aktivitis kemanusiaan sampai artis-artis dan penyanyi tingkat dunia. Ia dido'akan dan dielukan oleh banyak anak-anak diseluruh dunia, oleh banyak tokoh politik dan agama, baik Islam maupun bukan. Bukan karena dia gadis yang cantik, bukan karena itu.

Malala Yousafzai, gadis Pakistan yang lahir pada 12 Juli 1997, adalah seorang siswi yang berasal dari Kota Mingora, Kabupaten Swat, Provinsi Khyber-Pakhtunkhwa, Pakistan. Ia tinggal dan bersekolah di lingkungan yang dikuasai Taliban, kelompok militan yang ingin menerapkan hukum syariat di Pakistan. Taliban melarang perempuan bersekolah. Menurut mereka itu tidak Islami. Mereka menakut-nakuti anak-anak perempuan yang tetap bersekolah. Tidak diindahkan, Taliban berbuat nekat. Mereka meracuni sumur disekolah perempuan, yang membuat beberapa siswi menderita keracunan bahkan ada yang sampai meninggal dunia. Meski banyak kemudian anak perempuan yang tidak lagi bersekolah karena takut, sekolah perempuan itu tetap aktif. Sampai akhirnya Taliban meledakkan sekolah perempuan tersebut sehingga yang tersisa hanya puing-puing. Taliban menyebut itu perjuangan menegakkan syariat. 



Malala tinggal sendiri. Ia tidak menyerah. Ia nekat bergabung di sekolah laki-laki. Baginya ia punya hak untuk bersekolah. Ia menyuarakan pendapatnya itu melalui tulisan-tulisan yang ia posting di blog pribadinya. Ia menceritakan keseluruh dunia mengenai ketakutan teman-temannya dipenggal Taliban jika tetap bersekolah. "Taliban sering memeriksa rumah-rumah kami, apa kami sedang belajar atau menonton TV". Tulisnya. Dia ceritakan pentingnya ia bersekolah karena bercita-cita untuk menjadi dokter. Dengan keberanian yang dia punyai ia terus bersekolah meskipun telah berkali-kali mendapat ancaman dan teror.

Sampai suatu hari, pada tanggal 9 Oktober 2012. Bus sekolah yang ditumpanginya, sengaja dicegat kelompok Taliban. Ia ditembak Komandan Taliban Pakistan, Maulana Fadhlullah. Kepala dan lehernya ditembak dari jarak dekat. Peluru bersarang di tengkoraknya. 

Malala dilarikan rumah sakit setempat. Kejadian itu sontak menggentarkan dunia. Peralatan medis yang kurang lengkap, Iapun kemudian dibawa ke Rumah Sakit Queen Elisabeth di Birmingham, Inggris. Suatu mukjizat, nyawa Malala bisa diselamatkan. Meski Sembilan bulan lamanya ia tidak bisa bergerak dan bicara.

Perjuangan dan perlawanannya mendapat simpatik. Ia didoakan oleh semua orang yang mendambakan hal yang sama sebagaimana yang dia perjuangkan. Pendidikan untuk semua. Pada Februari 2013, namanya dimasukkan dalam daftar kandidat peraih Nobel Perdamaian. Dan setelah akhirnya sembuh total, Jum'at 12 Juli 2013 diusianya yang genap 16 tahun ia diperkenankan berpidato di Majelis Umum PBB di New York Amerika Serikat. PBB menjadikan hari kelahirannya 12 Juli sebagai hari Malala.

Dalam pidatonya, ia mengatakan:

"Saudara saudariku, ingatlah satu hal, Hari Malala bukanlah hari saya. Hari ini adalah hari ketika semua perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan,  yang telah bersuara untuk hak mereka. Ada ratusan aktivis HAM dan pejuang sosial yang tak hanya bicara untuk diri mereka tapi juga berjuang untuk mewujudkan perdamaian, pendidikan dan kesetaraan.

Ada ribuan orang yang dibunuh teroris, dan jutaan orang cedera. Saya hanya salah satu dari mereka."

Selagi benar, kalian tidak akan pernah kalah… Camkan! pena bisa mengalahkan popor senjata… Malala jadi saksi.

Mari jadi Malala...  (IA)

Tidak ada komentar: