Ibarat oase di padang tandus, 'lawakan' bahasa Vicky Prasetyo atau Hendrianto bin Hermanto, sukses menjadi sebuah bahan lelucon baru yang muncul di celah saat masyarakat sudah jenuh dengan berita berita kriminal dan hukum yang tak ada habisnya. Olok olokan ini muncul sebagai sebuah 'trend baru' olok olokan di ranah maya khususnya social media disebabkan oleh ulah si vicky yang tampil dengan gaya bahasa yang 'tak lazim' atau tidak sesuai dengan kaidah ejaan yang di sempurnakan dalam menempatkan sebuah kata yang dirangkai dalam kalimat dalam komunikasi didepan publik.
Saya kutip kalimat dari Bapak Goenawan Soesatyo Mohammad, seorang pujangga abad ini dan juga pendiri majallah Tempo mengatakan bahwa Vickiisme adalah gejala dari tidak bekerjanya daya analitik dalam berbahasa, tetapi lebih dari itu, dimana ada orang yang menganggap sebuah isi pikiran yang "dalam" dicerminkan oleh kalimat-kalimat yang sulit dipahami yang merupakan gejala dari sebuah kecemasan: tapi sebenarnya tak lebih dari sebuah kecemasan agar si penulis atau si pembicara tak ketahuan bahwa sebenarnya kalimat itu lebih mirip tong kosing dengan bunyi yang rumit.
Tak ayal lagi, gaya bahasa ini mencuat dan sukses menjadi trending topic dan laris sebagai bahan canda dan cemooh di situs jejaring. Seorang Facebooker, Rusdi Mathari, dalam laman akunnya menuliskan status ala vicky bertulis:
"Pembebasan Rasyid Rajasa mempertakut dan mempersuram statusisasi kontroversi hati dan konspirasi kemakmuran kasus Dul. Harmonisasi kasus tidak boleh mengkudeta kita punya keinginan, tapi kita harus menyiasati untuk labil ekonomi; karena usia hukum saat ini, ya twenty nine my age ya".
Eloklah dikatakan, ini adalah sebuah apresiasi lelucon murni dari seorang masyarakat yang ikut mendapatkan inspirasi lelucon baru, kepandaian dalam mengemas kata unik lewat 'kacamata' pribadinya, dengan tuturan kata terstruktur dalam kemasan kalimat berita bernada guyon yang cukup menyentil; potret cerminan tatanan bahasa 'amburadul' yang di tukil dari gaya bahasa ala mantan tunangan penyanyi dangdutan zaskia gotic ini.
Disclaimer; Tiada maksud untuk mengklaim diri sebagai seorang yang memiliki kemampuan berkompeten atau pernah mengenyam pendidikan keguruan berbahasa mengenai bagaimana bertutur kata bahasa indonesia yang baik dan benar dengan ejaan yang disempurnakan, untuk itu saya boleh berpendapat bahwa bisa jadi trend vicky-isme ini adalah sebuah 'kecerdasan humor tanpa sadar' yang terpancar begitu saja dari sebuah ketidak pahaman bertutur atawa si Vicky-nya ini yang memang 'bermasalah' alias kesulitan dalam menempatkan kata kalimat dalam bertutur bahasa sehari hari.
"Pembebasan Rasyid Rajasa mempertakut dan mempersuram statusisasi kontroversi hati dan konspirasi kemakmuran kasus Dul. Harmonisasi kasus tidak boleh mengkudeta kita punya keinginan, tapi kita harus menyiasati untuk labil ekonomi; karena usia hukum saat ini, ya twenty nine my age ya".
Eloklah dikatakan, ini adalah sebuah apresiasi lelucon murni dari seorang masyarakat yang ikut mendapatkan inspirasi lelucon baru, kepandaian dalam mengemas kata unik lewat 'kacamata' pribadinya, dengan tuturan kata terstruktur dalam kemasan kalimat berita bernada guyon yang cukup menyentil; potret cerminan tatanan bahasa 'amburadul' yang di tukil dari gaya bahasa ala mantan tunangan penyanyi dangdutan zaskia gotic ini.
Yang jelas, saya sangat menikmati lelucon vicky-isme ini :)
1 komentar:
statusisasi ini telah mempertakut harmonisasi bahasa terhadap kudeta hati lalu terjadi konpirasi kemakmuran tertawa... huahahaah..
Posting Komentar