Senin, 20 Oktober 2014

E-Blusukan; Merayakan Presiden baru di usia Sembilan Bulan




Sejak 'resmi' menjadi seorang ayah dan orang tua dari seorang anak lelaki kecil bernama Emir, saya jadi semakin menyadari betapa Tuhan itu maha baik dan pemberi.

saya mengatakan tuhan itu maha pemberi sebab telah mempercayakan kepada kami sang buah hati setelah sepuluh bulan dinanti. Ini adalah anugrah tak ternilai bagi kami tentunya dan tentu saja harapan bagi semua pasangan suami istri baru. Sejak bulan bulan pertama kehamilan istri, saya sering berfikir, anak ini tak hanya dititipkan sebagai amanah untuk dididik dan dibesarkan dengan baik tapi juga orang tuan diharapkan menjadi madrasah pendidikan bagi mereka, mengasuh sebagai anak biologis dan juga sebagai anak ideologis yang mampu melanjutkan mimpi ke generasi generasi mendatang harapan orang tua.

Selama sembilan bulan pertama ini pun, sistem kehidupan kami bergulir mengikuti perubahan. Sedapat mungkin dengan kondisi kami yang masing masing bekerja tentunya tak seperti beberapa pasangan orang tua lainnya yang mempunyai waktu berlimpah dalam hal mengurus keseharian anak sepanjang hari.

Aktifitas kerja dari jam 8-5 sore, belum ditambah dengan waktu tempuh selama 5 hari kerja membuat Emir akhirnya hanya dapat bermain penuh di akhir pekan saja di sabtu minggu. Inilah konsekuensi tapi mau bagaimana lagi. Menyerah denga kondisi disaat tahun pertama mengasuh seorang anak tentunya mau tak mau membentuk kami menjadi orang tua yang bisa dikatakan belum sepenuhnya mandiri. Akhirnya harus meminta tolong tuk sementara waktu ke orang tua untuk membantu menjaga cucunya.

Alhamdulillah,, Hari ini Tgl 2 Oktober 2014, tepat di usia kesembilan bulannya, serta bertepatan dengan pelantikan presiden Indonesia Ke-7, elok lah rasanya jika saya merangkum beberapa tulisan, disaat Emir telah melewati fase Asi Ekslusifnya, Fase dimana ia sudah mulai merangkak, belajar berbicara dan berekspresi, menjalani imunisasi, dan sudah mengerti serta mengenali oran terdekatnya. Bisa juga ia sekarang mulai merasa 'kesepian' jikalau tak ada orang yang berada disisinya saat ia bermain.

Karena kesibukan kerja, membuat kondisi emir nyaris lebih banyak bersama Neneknya dirumah serta dibantu oleh seorang penjaga anak yang juga belum dapat diharapkan sepenuhnya. kadang bisa kadang tidak. Ikatan emosional saya rasakan barulah bisa terjalin saat kami berdua pulang dari kerja. Meskipun kantuk dan capai menyerang, tentunya waktu bermain dengan anak tetap harus diluangkan.

Akhirnya dengan meminjam istilah jokowi, metode kedekatan ini kami lakukan dengan cara E -(emir) Blusukan.  Kami selalu mencari waktu yang tepat untuk dapat berjalan bersama. Ujung2nya yaaa tentu mengharapkan akhir pekan lagi. Tapi waktu dua hari itu terasa belum cukup. Masih kurang efektif untuk bisa melekatkan ingata dan lebih mendekatkan ikatan emosional, menjalin keakraban komunikasi verbal dan tubuh. Beberapa fase bulan kehidupan anak kami tak sempat lagi saya rekam. Padahal di awal kelahirannya, dengan antusias, saya malah menyempatkan membuat blog pribadi http://www.dsjunior.net yang sampai sekarang pun masih satu dua kali saya kunjungi.

Pada usia Emir di Enam bulan, tepatnya tgl 27 Juli 2014, kami memulai liburan pertama kami dengan mengunjungi Ibukota Jakarta. Alasannya sieh karena selain momentum idul fitri untuk mengunjungi beberapa keluarga disana, juga untuk sekedar berdarmawisata, mengajak emir naik pesawat Garuda Indonesia, tinggal beberapa hari di Apartemen Taman Sari Jaksel, mengunjungi beberapa tempat lainnya seperti Mesjid Istiqlal, Monas, TMII Keong Mas, Kafe SkyE Menara BCA, mengitari kawasan Mall, Museum Taman Prasasti  dan berkunjung ke rumah keluarga di Jakarta Timur.

Satu hal yang saya sesali saat liburan pertama saat itu adalah terlambat memutuskan karena memperkirakan acara seremoni seperti itu tentu lebih lama antri dan sesaknya dibanding kenyamanan hanya demi untuk mengajak Emir berfoto bersama Presiden RI saat itu yaitu Bapak Susilo Bambang Yudhoyono di acara Open House Lebaran Idul Fitir di Istana Negara. Tentunya merupakan hal yang mewah dan langka menurut kami jikalau hal tersebut bisa terwujud. Kapan lagi bisa melihat Istana Negara secara langsung dan foto bersama presiden tuk kenang kenangan. Hikzz..



Tiga bulan berselang yaitu tgl 10 Oktober 2014, kembali kami berkesempatan mengajak anak kami untuk mengunjungi kota Surabaya, sebagai kota kedua terbesar di Indonesia setelah Jakarta. Sebenarnya short trip ini bisa dibilang dadakan karena undangan dari salah satu kerabat yang melangsungkan pernikahan disana sehingga kami memutuskan untuk berangkat bertiga saja kesana.

Akhirnya Liburan kedua Emir pun berlangsung meski hanya dua hari diSurabaya. Nginapnya sengaja kami pilih di Hotel Majapahit Tunjungan karena ingin mencari suasana beda saja. Katanya sieh hotel ini merupakan hotel sejarah dimana para pejuang terdahulu naik ke atas hotel dan merobek kain biru bendera penjajah di Tiang atas Hotel. Disurabaya, kami juga menyempatkan diri mengunjungi daerah lumpr lapindo yang terletak di daerah porong kota Sidoarjo.

Bisa jadi apa yang kami lakukan ini bisa salah. Cuman tuk sementara inilah cara kami menebus waktu yang hilang bersama anak. dan mungkin belum sebanding dengan kebersamaan yang terbuang. Meskipun kami sadar, diusianya yang masih sangat balita, ia pasti belum mengerti tempat dan dimana ia berada sekarang. Belum menikmati travelling bersama orang tuanaya. Yang pasti, kebersamaan singkat itu akan menjadi rekam jejak dikemudian hari tuk dapat ia ceritakan juga kepada teman temannya kelak bahwa ia juga pernah berlibur bersama orang tuaya saat masih kecil.

Kini dihari ulang bulannya yang kesembilan bertepatan dengan hari pelantikan Presiden Baru Indonesia, Bpk Ir. Jokowi dan HM Jusuf Kalla, kami hanya ingin lebih bersama lagi menghabiskan waktu bersama anak kami. Membumikan harapan dan meninggikan cita dimana sekarang Emir telah menghirup udara baru alam demokrasi negeri ini. Pergantian pemimpin tentunya akan mempengaruhi jejak dan kehidupan ia kelak, membawa suasana baru iklim politik yang semoga sehat dan damai dimana nasib masa depan anak kami mendatang semoga bisa juga menjadi anak anak pilihan terbaik nusa bangsa untuk dapat melanjutkan pembangunan negeri.

*diketik dimeja kantor Kab. Maros, usai mengantar istri kebandara tugas sehari di kota semarang.


Tidak ada komentar: